Keterangan : Dikutip dari Kitab Syaikh al-Fauzan, Hakikat Tawakal Kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah berikan rizki kepada burung; ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, beliau -Tirmidzi- menyatakan hadits ini hasan)
Sabda beliau “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah” maknanya adalah; kalian bersandar kepada-Nya dan mengantungkan harapan harapan-harapan kalian, kalian meyakini secara penuh bahwa Allah pasti menepati janji-Nya subhanahu wa ta’ala.“
Niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberikan rizki kepada seekor burung. Dia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar” Maknanya burung itu berangkat di awal siang untuk mencari rizki. Sebab istilah ‘ghuduww’ -dalam bahasa arab- maknanya adalah awal siang/pagi hari.
Burung itu pergi pada awal siang meninggalkan sarangnya dalam keadaan perut kosong artinya merasa lapar. Dan dia pun kembali yaitu pulang di sore hari/akhir siang dalam keadaan kenyang; maksudnya perutnya penuh terisi dengan rizki.
Perhatikanlah, burung ini tidak tinggal diam di dalam sarangnya. Namun dia mengerahkan usaha; dia pergi dari sarangnya dan berangkat mencari tempat-tempat keberadaan rizki; maksudnya dia berusaha mencari rizki. Burung-burung itu dengan bekal fitrahnya yang telah diciptakan Allah ada pada mereka; ia mengerti bahwasanya dirinya harus melakukan usaha/sebab. Oleh sebab itu mereka pun berangkat keluar untuk mencari rizki. Maka, Allah jalla wa ‘ala pun memberinya rizki, sehingga mereka bisa pulang dalam keadaan perut kenyang dengan rizki dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Seandainya kalian -wahai anak Adam- melakukan seperti apa yang dilakukan olehnya niscaya Allah juga akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah berikan rizki itu kepada burung-burung ini. Akan tetapi, tatkala manusia melalaikan kaidah-kaidah ini timbullah ketidakberesan dan kekurangan/permasalahan.
Apabila orang bersandar/bergantung kepada sebab saja maka Allah akan menyerahkan dia/urusannya kepada sebab-sebab itu. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits, “Barangsiapa yang bergantung pada sesuatu maka Allah jadikan dia tergantung/bersandar kepadanya.” Oleh sebab itu orang itu dibiarkan terlantar bersama dengan sebab/usahanya. Padahal, sebab-sebab itu ada kalanya tidak memberikan pengaruh kuat, dan terkadang tidak berfungsi sama sekali.